Nusantara Satu Info
PERISTIWA

BMKG: Gempa Susulan Guncang Cianjur terjadi 122 kali hingga Selasa Pagi

Foto Ilustrasi gempa yang mengguncang Jakarta dan sekitarnya pada Senin (21/11/2022). (SHUTTERSTOCK/Andrey VP)

NSI.com, JAKARTA – Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa bumi susulan terus terjadi pascagempa pertama di wilayah Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11/2022) siang. Menurut catatan BMKG, hingga Selasa (22/11/2022) pukul 07.30 WIB, telah terjadi 122 gempa susulan. “Data BMKG menunjukkan hingga Selasa pagi, 22 November pukul 07.30 WIB, kita sudah mencatat 122 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 4,2 dan terkecil 1,5,” kata Daryono Selasa (22/11/2022).

Akibat dari gempa tersebut, hingga Senin malam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat ada 162 korban meninggal dunia akibat gempa. Mayoritas yang menjadi korbannya adalah anak-anak. Selain itu, tercatat ada 2.345 unit rumah dilaporkan mengalami rusak dengan skala kerusakan 60-100, serta ratusan orang lainnya mengalami luka-luka dan kini masih menjalani perawatan disejumlah rumah sakit.

Korban Gempa menjalani perawatan di halaman rumah sakit. foto istimewa.

Terkait gempa yang terjadi di Cianjur, Daryono mengatakan, dengan magnitudo 5,6, gempa pertama yang terjadi di Cianjur sebenarnya tidak terlalu besar. Namun, lantaran itu merupakan gempa tektonik kerak dangkal atau shallow crustal earthquake, kerusakan yang ditimbulkan terbilang signifikan. “Karakteristik shallow crustal earthquake sangat dangkal, jadi memang energinya itu dari pusat yang dipancarkan, yang diradiasikan ke permukaan tanah itu masih kuat,” jelas Daryono.

Belum lagi, struktur bangunan di wilayah terdampak tidak memenuhi standar tahan gempa. Akibatnya, sambung Daryono, banyak  rumah yang dibangun tanpa mengindahkan struktur aman gempa, karena menggunakan tulang-tulang besi standar atau semen standar.

Lokasi permukiman penduduk yang berada di daerah tanah lunak, juga memperparah kerusakan gempa. Selain itu, rumah-rumah penduduk di daerah perbukitan atau lereng mengalami kerusakan parah, lantaran topografi wilayah tersebut tidak stabil. “Gempa itu sebenarnya tidak membunuh dan melukai, tapi bangunan yang tidak standar aman gempa, yang kemudian roboh menimpa penghuninya itu menjadi penyebab jatuhnya korban jiwa dan luka,” ungkap Daryono.

Seperti diketahui, gempa bermagnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sempat dirasakan di sejumlah provinsi di Jawa Barat, Banten, juga DKI Jakarta. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, hingga Senin malam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat ada 162 korban meninggal dunia akibat gempa, mayoritas merupakan anak-anak serta ratusan lainnya di rawat di rumah sakit dan ribuan korban terdampak gempa terpaksa mengungsi, karena khawatir terjadi gempa susulan.

Sumber : Kompas.com | Editor : Redaksi NSI

Related posts